Monday 14 October 2013

Dosen Killer Sang Pembunuh Karakter Mahasiswa

Ada hal menarik pada hari sabtu kemarin dalam perkuliahan, bukan tentang teman-temanku di kampus, atau segerombol cewe-cewe kampus yang selalu berisik dengan kicauannya yang merdu,  melainkan tingkah beberapa tingkah dosen yang ada di kampusku. Entah sama atau tidak dengan dosen-dosen yang kalian temui di universitas lain, ada dari beberapa sifat mereka yang sangat membuatku sebal dan ingin rasanya aku lemparkan balpoin yang selalau aku pegang saat berlangsungnya perkuliahan.

Waktu itu seorang dosen mata kuliah kewarganegaraan dengan lantangnnya menyampaikan materi kuliah bertemakan Identitas Nasional. Sebenarnya aku tidak ada ketertarikan sama sekali dengan matakuliah ini, namun yang membuatku begitu semangat dalam perkulihan kali ini adalah tipe dosen pembunuh karakter, tentunya membunuh karakter mahasiswa-mahsiswa memble yang mempunyai karakter kupu-kupu malam.Waktu itu aku tengah berdiskusi dengan teman disampingku menanggapi pertanyaan dosen, berbisik-berbisik tapi serius, beradu pendapat dan suara kami pun mengeras, hingga sang dosenpun mendengar.
dan bertanya mengulang lagi pertanyaan sebelumnya , "Apakah Indonesia sudah maju ? Siapa yang tadi menjawab bahwa Indonesia belum maju ?". Tanya sang dosen dengan lantangnya.
Pertanyaanya itu mebuat suasana di kelas menjadi hening seketika, kemudian temanku di sampingku menjawab dengan di sertai alasannya bahwa Indonesia belum merdeka. Yang membuatku tercengang adalah sanggahan sang dosen yang di sertai kata-kata yang tidak sopan, kata "bodoh" dan "bego" sempat keluar dari mulutnya.

 Apakah kalian pernah mengajukan pendapat dan kemudian di sanggah dengan nada tinggi bercampur amarah ?

Aku merasakannya dan itu sakit, padahal orang berpendapat bisa saja melihat dari sisi yang berbeda, dan menurutku tidak ada jawaban yang sempurna dalam sebuah perdebatan, karena akan ada jawaban-jawaban lain yang lebih spesipik namun tak tersampaikan.

Aku tak habis pikir, kenapa masih banyak dosen yang seperti merasa dirinya itu dewa dihadapan mahasiswa. Dewa yang selalu benar, seakan perkataan yang keluar dari lisan nya itu tak mungkin bisa di sangkal oleh para mahasiswa. Aku jadi ingat kata-kata Soe Hoek Gie "Guru bukan dewa yang selalu benar, dan murid bukan kerbau, guru yang tak tahan kritik pantas masuk keranjang sampah".

Mungkin dosen itu telah teracuni oleh pernyataan bahwa dosen itu harus lebih pintar dari mahasiswanya, pintar dalam artian, bisa mendidik dan mebina mahasiwanya untuk menjadi mahasiswa yang tangguh dan jenius bukan malah membuat takut mahasiswanya untuk mengeluarkan pendapatnya.

Bukannkah padi menguning semakin berisi semakin merunduk.

Author : AnonymousPosted On : Monday 14 October 2013Time : 10/14/2013

1 comment:

SHARE TO :
Powered by : Blogger